Saturday, October 21, 2006

PENGARUH AL-QURAN TERHADAP TUBUH

PENGARUH QUR'AN TERHADAP ORGAN TUBUH
Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu Ta’ala berkata : “Pada suatu ketika aku pernah jatuh sakit, tetapi aku tidak menemukan seorang dokter atau obat penyembuh. Lalu aku berusaha mengobati dan menyembuhkan diriku dengan surat al-Fatihah, maka aku melihat pengaruh yang sangat menakjubkan. Aku ambil segelas air zam-zam dan membacakan padanya surat al-Fatihah berkali-kali, lalu aku meminumnya hingga aku mendapatkan kesembuhan total. Selanjutnya aku bersandar dengan cara tersebut dalam mengobati berbagai penyakit dan aku merasakan manfaat yang sangat besar. Kemudian aku beritahukan kepada banyak orang yang mengeluhkan suatu penyakit dan banyak dari mereka yang sembuh dengan cepat”. Zaadul Ma’aad (IV/178) dan al-Jawabul Kaafi (hal. 21).


Ada menyeruak perhatian yang begitu besar terhadap kekuatan membaca Al-Qur'an, dan yang terlansir di dalam Al-Qur'an, dan pengajaran Rasulullah. Dan sampai beberapa waktu yang belum lama ini, belum diketahui bagaimana mengetahui dampak Al-Qur'an tersebut kepada manusia. Dan apakah dampak ini berupa dampak biologis ataukah dampak kejiwaan, atakah malah keduanya, biologis dan kejiwaan.

Maka, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kami memulai sebuah penelitian tentang Al-Qur'an dalam pengulangan-pengulangan "Akbar" di kota Panama wilayah Florida. Dan tujuan pertama penelitian ini adalah menemukan dampak yang terjadi pada organ tubuh manusia dan melakukan pengukuran jika memungkinkan.

Penelitian ini menggunakan seperangkat peralatan elektronik dengan ditambah komputer untuk mengukur gejala-gejala perubahan fisiologis pada responden selama mereka mendengarkan bacaan Al-Qur'an.

Penelitian dan pengukuran ini dilakukan terhadap sejumlah kelompok manusia:
1. Muslimin yang bisa berbahasa Arab.
2. Muslimin yang tidak bisa berbahasa Arab
3. Non-Islam yang tidak bisa berbahasa Arab.

Pada semua kelompok responden tersebut dibacakan sepotong ayat Al-Qur'an dalam bahasa Arab dan kemudian dibacakan terjemahnya dalam bahasa Inggris.

Dan pada setiap kelompok ini diperoleh data adanya dampak yang bisa ditunjukkan tentang Al-Qur'an, yaitu 97% percobaan berhasil menemukan perubahan dampak tersebut. Dan dampak ini terlihat pada perubahan fisiologis yang ditunjukkan oleh menurunnya kadar tekanan pada syaraf secara sprontanitas. Dan penjelasan hasil penelitian ini aku presentasikan pada sebuah muktamar tahunan ke-17 di Univ. Kedokteran Islam di Amerika bagian utara yang diadakan di kota Sant Louis Wilayah Mizore, Agustus 1984.

Dan benar-benar terlihat pada penelitian permulaan bahwa dampak Al-Qur'an yang kentara pada penurunan tekanan syaraf mungkin bisa dikorelasikan kepada para pekerja: Pekerja pertama adalah suara beberapa ayat Al-Qur'an dalam Bahasa Arab. Hal ini bila pendengarnya adalah orang yang bisa memahami Bahasa Arab atau tidak memahaminya, dan juga kepada siapapun (random). Adapun pekerja kedua adalah makna sepenggal Ayat Al-Qur'an yang sudah dibacakan sebelumnya, sampai walaupun penggalan singkat makna ayat tersebut tanpa sebelumnya mendengarkan bacaan Al-Qur'an dalam Bahasa Arabnya.

Adapun Tahapan kedua adalah penelitian kami pada pengulangan kata "Akbar" untuk membandingkan apakah terdapat dampak Al-Qur'an terhadap perubahan-perubahan fisiologis akibat bacaan Al-Qur'an, dan bukan karena hal-hal lain selain Al-Qur'an semisal suara atau lirik bacaan Al-Qur'an atau karena pengetahun responden bahwasannya yang diperdengarkan kepadanya adalah bagian dari kitab suci atau pun yang lainnya.

Dan tujuan penelitian komparasional ini adalah untuk membuktikan asumsi yang menyatakan bahwa "Kata-kata dalam Al-Qur'an itu sendiri memiliki pengaruh fisiologis hanya bila didengar oleh orang yang memahami Al-Qur'an . Dan penelitian ini semakin menambah jelas dan rincinya hasil penelitian tersebut.

Peralatan


Peralatan yang digunakan adalah perangkat studi dan evaluasi terhadap tekanan syaraf yang ditambah dengan komputer jenis Medax 2002 (Medical Data Exuizin) yang ditemukan dan dikembangkan oleh Pusat Studi Kesehatan Univ. Boston dan Perusahaan Dafikon di Boston. Perangkat ini mengevaluasi respon-respon perbuatan yang menunjukkan adanya ketegangan melalui salah satu dari dua hal: (i) Perubahan gerak nafas secara langsung melalui komputer, dan (ii) Pengawasan melalui alat evaluasi perubahan-perubahan fisiologis pada tubuh. Perangkat ini sangat lengkap dan menambah semakin menguatkan hasil validitas hasil evaluasi. Subsekuen:

1. Program komputer yang mengandung pengaturan pernafasan dan monitoring perubahan fisiologis dan printer.

2. Komputer Apple 2, yaitu dengan dua floppy disk, layar monitor dan printer.

3. Perangkat monitoring elektronik yang terdiri atas 4 chanel: 2 canel untuk mengevaluasi elektrisitas listrik dalam otot yang diterjemahkan ke dalam respon-respon gerak syaraf otot; satu chanel untuk memonitor arus balik listrik yang ke kulit; dan satu chanel untuk memonitor besarnya peredaran darah dalam kulit dan banyaknya detak jantung dan suhu badan.

Berdasarkan elektrisitas listrik dalam otot-otot, maka ia semakin bertambah yang menyebabkan bertambahnya cengkeraman otot. Dan untuk memonitor perubahan-perubahan ini menggunakan kabel listrik yang dipasang di salah satu ujung jari tangan.

Adapun monitoring volume darah yang mengalir pada kulit sekaligus memonitor suhu badan, maka hal itu ditunjukkan dengan melebar atau mengecilnya pori-pori kulit. Untuk hal ini, menggunakan kabel listrik yang menyambung di sekitar salah satu jari tangan. Dan tanda perubahan-perubahan volume darah yang mengalir pada kulit terlihat jelas pada layar monitoryang menunjukkan adanya penambahan cepat pada jantung. Dan bersamaan dengan pertambahan ketegangan, pori-pori mengecil, maka mengecil pulalah darah yag mengalir pada kulit, dan suhu badan, dan detak jantung.

Metode dan Keadaan yang digunakan: Percobaan dilakukan selama 210 kali kepada 5 responden: 3 laki-laki dan 2 perempuan yang berusia antara 40 tahun dan 17 tahun, dan usia pertengahan 22 tahun.

Dan setiap responden tersebut adalah non-muslim dan tidak memahami bahasa Arab. Dan percobaan ini sudah dilakukan selama 42 kesempatan, dimana setiap kesempatannya selama 5 kali, sehingga jumlah keseluruhannya 210 percobaan. Dan dibacakan kepada responden kalimat Al-Qur'an dalam bahasa Arab selama 85 kali, dan 85 kali juga berupa kalimat berbahasa Arab bukan Al-Qur'an. Dan sungguh adanya kejutan/shock pada bacaan-bacaan ini: Bacaan berbahasa Arab (bukan Al-Qur'an) disejajarkan dengan bacaan Al-Qur'an dalam lirik membacanya, melafadzkannya di depan telingga, dan responden tidak mendengar satu ayat Al-Qur'an selama 40 uji-coba. Dan selama diam tersebut, responden ditempatkan dengan posisi duduk santai dan terpejam. Dan posisi seperti ini pulalah yang diterapkan terhadap 170 uji-coba bacaan berbahasa Arab bukan Al-Qur'an.

Dan ujicoba menggunakan bacaan berbahasa Arab bukan Al-Qur'an seperti obat yang tidak manjur dalam bentuk mirip seperti Al-Qur'an, padahal mereka tidak bisa membedakan mana yang bacaan Al-Qur'an dan mana yang bacaan berbahasa Arab bukan Al-Qur'an. Dan tujuannya adalah utuk mengetahui apakah bacaan Al-Qur'an bisa berdampak fisiologis kepada orang yang tidak bisa memahami maknanya. Apabila dampak ini ada (terlihat), maka berarti benar terbukti dan dampak tidak ada pada bacaan berbahasa Arab yang dibaca murottal (seperti bacaan Imam Shalat) pada telinga responden.

Adapun percobaan yang belum diperdengarkan satu ayat Al-Qur'an kepada responden, maka tujuannya adalah untuk mengetahui dampak fisiologis sebagai akibat dari letak/posisi tubuh yang rileks (dengan duduk santai dan mata terpejam).

Dan sungguh telah kelihatan dengan sangat jelas sejak percobaan pertama bahwasannya posisi duduk dan diam serta tidak mendegarkan satu ayat pun, maka ia tidak mengalami perubahan ketegangan apapun. Oleh karena itu, percobaan diringkas pada tahapan terakhir pada penelitian perbandingan terhadap pengaruh bacaan Al-Qur'an dan bacaan bahasa Arab yang dibaca murottal seperti Al-Qur'an terhadap tubuh.

Dan metode pengujiannya adalah dengan melakukan selang-seling bacaan: dibacakan satu bacaan Al-Qur'an, kemudian bacaan bahasa Arab, kemudian Al-Qur'an dan seterusnya atau sebaliknya secara terus menerus.

Dan para responden tahu bahwa bacaan yang didengarnya adalah dua macam: Al-Qur'an dan bukan Al-Qur'an, akan tetapi mereka tidak mampu membedakan antara keduanya, mana yang Al-Qur'an dan mana yang bukan.

Adapun metode monitoring pada setiap percobaan penelitian ini, maka hanya mencukupkan dengan satu chanel yaitu chanel monitoring elektrisitas listrik pada otot-otot, yaitu dengan perangkat Midax sebagaimana kami sebutkan di atas. Alat ini membantu menyampaikan listrik yang ada di dahi.

Dan petunjuk yang sudah dimonitor dan di catat selama percobaan ini mengadung energi listrik skala pertengahan pada otot dibandingkan dengan kadar fluktuasi listrik pada waktu selama percobaan. Dan sepanjang otot untuk mengetahui dan membandingkan persentase energi listrik pada akhir setiap percobaan jika dibandingkan keadaan pada awal percobaan. Dan semua monitoring sudah dideteksi dan dicatat di dalam komputer. Dan sebab kami mengutamakan metode ini untuk memonitor adalah karena perangkat ini bisa meng-output angka-angka secara rinci yang cocok untuk studi banding, evaluasi dan akuntabel..

Pada satu ayat percobaan, dan satu kelompok percobaan perbandingan lainnya mengandung makna adanya hasil yang positif untuk satu jenis cara yang paling kecil sampai sekecil-kecilnya energi listrik bagi otot. Sebab hal ini merupakan indikator bagusnya kadar fluktuasi ketegangan syaraf, dibandingkan dengan berbagai jenis cara yang digunakan responden tersebut ketika duduk. Hasil Penelitian

Ada hasil positif 65% percobaan bacaan Al-Qur'an. Dan hal ini menunjukkan bahwa energi listrik yang ada pada otot lebih banyak turun pada percobaan ini. Hal ini ditunjukkan dengan dampak ketegangan syaraf yang terbaca pada monitor, dimana ada dampak hanya 33 % pada responden yang diberi bacaan selain Al-Qur'an.

Pada sejumlah responden, mungkin akan terjadi hasil yang terulang sama, seperti hasil pengujian terhadap mendengar bacaan Al-Qur'an. Oleh karena itu, dilakukan ujicoba dengan diacak dalam memperdengarkannya (antara Al-Qur'an dan bacaan Arab) sehingga diperoleh data atau kesimpulan yang valid.

Pembahasan Hasil Penelitian dan Kesimpulan Sungguh sudah terlihat jelas hasil-hasil awal penelitian tentang dampak Al-Qur'an pada penelitian terdahulu bahwasanya Al-Qur`an memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap syaraf. dan mungkin bisa dicatat pengaruh ini sebagai satu hal yang terpisah, sebagaimana pengaruh inipun terlihat pada perubahan energi listrik pada otot-otot pada organ tubuh. dan perubah-perubahan yang terjadi pada kulit karena energi listrik, dan perubahan pada peredaran darah, perubahan detak jantung, voleme darah yang mengalir pada kulit, dan suhu badan.

Dan semua perubahan ini menunjukan bahwasanya ada perubahan pada organ-organ syaraf otak secara langsung dan sekaligus mempengaruhi organ tubuh lainnya. Jadi, ditemukan sejumlah kemungkinan yang tak berujung ( tidak diketahui sebab dan musababnya) terhadap perubahan fisiologis yang mungkin disebabkan oleh bacaan Al-Qur`an yang didengarkannya.

Oleh karena itu sudah diketahui oleh umum bahwasanya ketegangan-ketegangan saraf akan berpengaruh kepada dis-fungsi organ tubuh yang dimungkinkan terjadi karena produksi zat kortisol atau zat lainnya ketika merespon gerakan antara saraf otak dan otot. Oleh karena itu pada keadaan ini pengaruh Al-Qur`an terhadap ketegangan saraf akan menyebabkan seluruh badannya akan segar kembali, dimana dengan bagusnya stamina tubuh ini akan menghalau berbagai penyakit atau mengobatinya. Dan hal ini sesuai dengan keadaan penyakit tumor otak atau kanker otak.

Juga,

hasil uji coba penelitian ini menunjukan bahwa kalimat-kalimat Al-Qur`an itu sendiri memeliki pengaruh fisiologis terhadap ketegangan organ tubuh secara langsung, apalagi apabila disertai dengan mengetahui maknanya.

Sumber : harun yahya

Wednesday, October 11, 2006

Ad Dhuha

Surah 93
The Forenoon ad Dhuha

In the name of Allah, the Beneficent, the Merciful.

By the white forenoon and the brooding night your Lord has neither forsaken you, nor does He hate you. Surely the life to come will be better for you than this present life. Did certainly your Lord will be bounteous to you and you will be satisfied. Did He not find you an orphan and give you a shelter? Did He not find you in error and guide you? Did He not find you poor and enrich you? Therefore do not wrong the orphan, nor chide away the beggar, but proclaim the goodness of your Lord.

Quran Wa Syifa'

Seni Lagu Al-Quran - Taranum Al-Quran


Seni Lagu Al-Quran




home | Seni Lagu Al-Quran





Rasa seni adalah salah satu bahagian daripada rasa yang lahir dari jiwa atau rohani manusia. Manusia dapat menciptakan sesuatu kerana kemahuan, dan kemahuan itu timbul kerana adanya daya paduan antara rasa rohaniah manusia itu dengan akal fikiran, sebagaimana yang dinukilkan oleh ilmu jiwa:
"Ilmu jiwa membahagi rasa dalam dua bahagian,
iaitu rasa indera dan rasa rohani, rasa rohani itu terbahagi dalam rasa agama, etika, esterika, intelek, sosial dan rasa diri sendiri."

Dalam pembahagian diatas, kita dapati bahawa ilmu jiwa meninjau jenis2 yang ada pada jiwa manusia dari jurusan rasa, iaitu rasa inderawiah dan rasa rohaniah. Pendapat diatas menunjukkan bahawa jiwa manusia dihiasi dengan unsur seni, kerana didalam jiwa itu terdapat sifat2 atau rasa senang dan terharu terhadap sesuatu yang indah. Hal ini sudah menjadi naluri (gharizah) yang dikurniakan oleh Allah Ta'ala kepada manusia. Allah s.w.t. menjelaskan hakikat ini melalui firmanNya sebagaimana yang termaktub dalam al-Quran, surah Ali Imran, ayat 14, yang bermaksud;
"Dihiasi manusia itu dengan cintakan syahwat daripada perempuan, anak2, harta yang banyak dari emas dan perak, kuda2 tunggangan, haiwan2 ternak dan kebun2 yang luas. Yang demikian itu adalah kesenangan didunia dan Allah adalah sebaik-baik tempat kembali."

Segala keindahan itu dapat dirasakan oleh jiwa manusia dan keindahan itu adalah manifestasi dari adanya rasa seni bersemayam dijiwa manusia. Menonjol atau tidaknya rasa seni itu bergantung kepada peribadi yang mengembangkannya kerana benih2nya sudah ada dalam jiwa setiap insan.

Adapun pengertian seni menurut Herbert Spencer ialah:
"Kesenian secara mudah dan biasa didefinisikan sebagai usaha untuk menciptakan bentuk2 yang menyenangkan."

Berdasarkan pendapat2 diatas, dapat diambil suatu kesimpulan, bahawa seni atau kesenian itu adalah segala ciptaan manusia yang lahir dari getaran jiwanya yang dapat mewujudkan sesuatu yang indah dan luhur.

Dalam bahasa Arab, lagu itu dikenali dengan istilah Taranum atau al-Han dan al-Ghina. Membaca al-Quran secara berlagu adalah digalakkan dalam Islam. Banyak hadith yang menggesa umat Islam, agar membaca al-Quran dengan berlagu, antaranya ialah:

1) Abu Hurairah meriwayatkan, bahawa Nabi s.a.w. bersabda yang bermaksud,
"Allah tidak mengizinkan terhadap sesuatu sebagaimana yang diizinkanNya
kepada Nabi s.a.w. agar berlagu didalam membaca al-Quran."

2) Sa'ad Bin Abi Waqas meriwayatkan, bahawa Rasullullah s.a.w. bersabda
yang bermaksud,
"Barangsiapa yang tidak berlagu ketika membaca al-Quran, bukanlah dari
golongan kami."

3) Ibn Bathal menceritakan, bahawa galakan membaca al-Quran secara berlagu
itu disokong oleh hadith rasullullah s.a.q. yang diriwayatkan oleh Abdul Alla
dari Muammar dari Ibn Syihab, yang bermaksud,
"Sesuatu yang diizinkan kepada Nabi .a.w. ialah berlagu ketika membaca
al-Quran."

4) Abd al-Razzaq meriwayatkan dari Muammar, bahawa Rasullullah s.a.w.
bersabda yang bermaksud,
"Sesuatu yang diizinkan kepada nabi s.a.w. ialah memperindahkan suara
(ketika membaca al-Quran)."

5) Imam Muslim meriwayatkan dari Muhammad bin Ibrahim al Taimi dari Abi
Salamah dari abu Daud dan Thahawi berdasarkan riwayat 'Amr ibn Dinar dan
Abi Salamah dari Ahu Hurairah, mengatakan bahawa rasullullah s.a.w.
bersabda yang bermaksu,
"Perindahkanlah lagu-lagu itu dengan al-Quran."

6) Ibn Syaibah meriwayatkan dari hadith 'Uqbah bin 'Amr, bahawa Nabi s.a.w.
bersabda yang bermaksud,
"Pelajarilah al-Quran dan berlagulah membacanya serta nyaringkan suara."

Imam al Thabari menjelaskan bahawa taranum atau lagu itu tidak berlaku kecuali dengan suara yang membolehkan qari memperelok dan mengalunkan suaranya ketika membaca al-Quran.

Manakala Imam Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalam menerangkan dalam kitabnya "Fadhail al-Quran", bahawa membaca al-Quran secara berlagu sesuai dengan kehendak jiwa dan selaras dengan bentuk ragam ayat al-Quran itu sendiri.

(Tulisan dipetik dari buku Seni Lagu Al-Quran diMalaysia yang ditulis oleh Md Ali Abu Bakar)